December 6, 2024
Photo by cottonbro: https://www.pexels.com/photo/woman-applying-facial-cream-on-face-6635929/

Ilustrasi penggunaan ceramide. Sumber: Cottonbro on pexels.com

Seperti yang sudah kita ketahui, ceramide merupakan salah satu lipid penyusun skin barrier yang utama dan berfungsi untuk menjaga kemampuan kulit untuk menjadi benteng pertahanan tubuh. Skin barrier yang kuat akan menghasilkan kulit yang sehat karena hidrasi kulit terjaga dan infeksi terhindarkan. Salah satu cara untuk memperkuat skin barrier adalah dengan mengoptimalkan produksi ceramide di dalam kulit. Nah, bagaimana ya caranya? Simak artikel Miareveals berikut ini!

Berkenalan sekilas dengan lapisan-lapisan epidermis

Sebelum membahas tentang produksi ceramide, baiknya kita ketahui dulu mengenai skin barrier. Kulit terdiri dari berbagai lapisan. Lapisan terluar kulit adalah epidermis (epi = atas; dermis = kulit). Epidermis terdiri dari 5 sub-lapisan / layer / stratum, yaitu (mulai dari yang terluar hingga terdalam) stratum korneum (inilah yang disebut sebagai skin barrier), stratum lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.

Sel epidermis (keratinosit) senantiasa bergerak dari lapisan terdalam hingga terluar. Nah, dalam perjalanannya, keratinosit mengalami diferensiasi, yaitu proses perubahan wujud dan fungsi sel. Seperti yang dapat teman-teman lihat pada ilustrasi di bawah, keratinosit berdiferensiasi menjadi semakin pipih ketika mendekati permukaan kulit.

Seiring dengan pergerakan dan diferensiasi suatu keratinosit saat menuju stratum corneum, keratinosit juga makin mendekati masa habis usianya. Ketika keratinosit ini sudah mati, pipih, berada di lapisan terluar epidermis (stratum korneum), maka kita bisa menyebutnya sebagai korneosit. Tumpukan dari korneosit inilah yang menyusun stratum korneum, dan disebut sebagai skin barrier.

Highlight perbedaan antara keratinosit dan korneosit:

Keratinosit: Sel yang membentuk epidermis

Korneosit: Keratinosit yang telah mati dan memipih, hanya ada di lapisan stratum korneum / skin barrier

Lapisan-lapisan dalam epidermis. Prekursor ceramide dibentuk oleh keratinosit pada stratum granulosum kemudian disekresikan ke ruang antarsel stratum korneum melalui badan lamellar. Sumber: wikipedia.com

Untuk selanjutnya, kita akan menaruh perhatian pada stratum korneum dan stratum granulosum.

Prekursor ceramide diproduksi oleh keratinosit di lapisan stratum granulosum

Di artikel sebelumnya, gue pernah bahas bahwa ceramide itu layaknya semen di antara batu bata (korneosit). Tapi, ceramide itu tidak disekresikan langsung dalam bentuk matangnya (dari keratinosit) ke ruang antarsel korneosit.

Pertama-tama, keratinosit membentuk badan lamellar, yakni kapsul-kapsul kecil (0,2×0,3 μm) berisi prekursor lipid dan berbagai enzim. Kemudian, badan lamellar bergerak ke perbatasan stratum granulosum dan stratum korneum kemudian mengeluarkan isinya ke ruang antarsel stratum korneum. Prekursor lipid yang keluar dari dalam badan lamellar kemudian diproses lebih lanjut oleh enzim-enzim yang keluar bersama dari badan lamellar. Dari proses inilah ceramide yang matang terbentuk dan tersimpan di ruang antarsel stratum korneum.

Jadi, ibaratnya semen nih, ga langsung ada dalam bentuk semen! Mesti dibawa dulu bubuk semennya (prekursor) ke lokasi, kemudian ada proses penambahan air dan pengadukan (analoginya seperti prekursor yang diproses lebih lanjut oleh enzim ekstraseluler), baru deh jadi semennya (ceramide)!

Sekresi prekursor lipid dan enzim oleh badan lamellar dari stratum granulosum ke ruang antarsel stratum korneum. Sumber: Goldsmith LA, dkk. (2012). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th Ed. p. 489

Proses produksi ceramide sensitif terhadap pH

Enzim ekstraseluler yang berfungsi untuk membentuk ceramide matang adalah β-glucocerebrosidase dan acidic sphingomyelinase. Kedua enzim ini bekerja secara optimal pada pH di bawah 5,5, yakni pH yang mirip dengan stratum korneum. Jika pH stratum korneum (skin barrier) ditingkatkan, maka aktivitas kedua enzim tersebut menurun dan produksi ceramide pun terganggu. Fungsi barrier kulit pun terganggu, menyebabkan kulit lebih mudah kering, iritasi, bahkan terinfeksi. Terlebih, pH yang tinggi meningkatkan kinerja enzim bernama protease, yakni enzim yang berfungsi untuk memotong protein. Hal ini bisa mengakibatkan deskuamasi, yaitu pengelupasan kulit.

Maka dari itu, pH kulit baiknya dijaga dengan menggunakan produk yang pH-nya telah disesuaikan menjadi sedikit asam, sesuai dengan pH skin barrier (4,5-5,5). Produk yang paling rawan meningkatkan pH kulit adalah cleanser alias sabun cuci muka, apalagi kalau bentuknya itu sabun batangan (biasanya menggunakan basa kuat dalam proses pembuatannya). Untungnya, sekarang ini sudah banyak pilihan produk cleanser yang low pH!

Glukokortikoid dan stress dapat mengganggu produksi ceramide

Glukokortikoid adalah salah satu bentuk kortikosteroid, yaitu obat antiinflamasi yang sering digunakan untuk berbagai penyakit kulit. Telah dibuktikan bahwa penggunaan glukokortikoid secara sistemik ataupun topikal menurunkan sintesis lipid di epidermis, tidak terkecuali ceramide. Lalu, stress psikologis pun juga bisa meningkatkan produksi glukokortikoid dalam tubuh. Ujung-ujungnya, fungsi skin barrier bisa terganggu.

Pada prinsipnya, lebih baik mencegah daripada mengobati. Sebisa mungkin, hindari penggunaan glukokortikoid. Ketika disarankan memakai glukokortikoid oleh dokter, teman-teman bisa menanyakan / berkonsultasi lebih lanjut mengenai alasan penggunaannya, dan ada/tidaknya alternatif lain yang lebih minim efek samping ke kulit. Selain itu, penting juga untuk menjaga stress level kita, ya!

Jika memang harus menggunakan glukokortikoid, teman-teman bisa mencoba meminimalkan kemungkinan turunnya fungsi skin barrier dengan menggunakan campuran lipid fisiologis (ceramide, kolesterol, dan asam lemak) ke kulit secara bersamaan.

Produksi ceramide dapat ditingkatkan dengan suplementasi prekursornya

Selain mengaplikasikan lipid matang secara langsung di atas kulit, fungsi skin barrier juga dapat ditingkatkan dengan pengaplikasian prekursor ceramide. Prekursor ceramide kemudian dapat diproses oleh enzim-enzim yang ada di ruang antarsel stratum korneum untuk menjadi ceramide matang. Prekursor ceramide yang telah terbukti dapat meningkatkan produksi ceramide dalam kulit antara lain L-lactic acid dan linoleic acid.

Pendekatan lainnya adalah menggunakan senyawa-senyawa yang secara tidak langsung dapat meningkatkan produksi ceramide. Sebagai contoh, niacinamide (vitamin B3) dapat meningkatkan kinerja salah satu enzim pembentuk prekursor ceramide di dalam kulit, dan L-ascorbic acid (vitamin C) juga memiliki peran penting dalam pembentukan salah satu prekursor ceramide dan Ceramide 7 dan 8.

Jadi, apa saja yang harus dilakukan?

Photo by Nathan Cowley: https://www.pexels.com/photo/woman-slicing-gourd-1153369/
Healthy living. Sumber: Nathan Cowley on pexels.com
  1. Konsumsi nutrisi yang seimbang karena prekursor untuk produksi ceramide dan lipid lainnya pada hilirnya diperoleh dari makanan kita!
  2. Jaga pH kulit dengan menggunakan produk (terutama cleanser) yang pH-nya sedikit asam (4,5-5,5)!
  3. Hindari penggunaan glukokortikoid sebisa mungkin!
  4. Kurangi stress psikologis; istirahat yang cukup!
  5. Gunakan zat-zat prekursor ceramide atau zat pendukung produksi ceramide seperti L-lactic acid, linoleic acid, niacinamide, dan vitamin C!

So, ternyata ada banyak faktor nih yang mesti diperhatikan untuk menjaga kekuatan skin barrier! Jadi, jangan lupa perhatikan asupan nutrisimu, pH skincare yang kamu gunakan, serta jaga kesehatan tubuh serta pikiranmu ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *