Pada artikel sebelumnya, kita telah mengenal anggota-anggota keluarga retinoids. Senyawa retinoid yang paling luas digunakan adalah retinol. Untuk dapat bekerja, retinol harus dikonversi dahulu oleh sel kulit menjadi tretinoin (retinoic acid). Hmm, kenapa ya hanya retinoid dalam bentuk retinoic acid yang dapat memberikan efek bagi kulit? Terus, bagaimana retinol terkonversi menjadi retinoic acid di dalam tubuh? Dan, mana yang lebih bagus, retinol atau retinal? Yuk simak artikel Miareveals kali ini!
Retinoic acid dan tretinoin adalah senyawa yang sama
Sebelum kita memulai pembahasan, kita klarifikasi dahulu kedua istilah ini. Retinoic acid dan tretinoin adalah senyawa yang sama. Tretinoin adalah nama generik untuk retinoic acid sintetis. Jadi, jangan bingung lagi dengan kedua istilah ini! Berikutnya, istilah yang akan digunakan pada artikel kali ini adalah retinoic acid.
Cara zat aktif dapat bekerja pada makhluk hidup
Yang dimaksud dengan bekerja pada makhluk hidup adalah kemampuan suatu zat untuk mempengaruhi proses biologis alami dalam tubuh. Zat yang memiliki kemampuan tersebut diistilahkan sebagai zat yang biologically active (aktif secara biologis). Tubuh kita terdiri dari triliunan sel yang memiliki “kehidupan”-nya masing-masing.
Sel dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya melalui komponen protein bernama reseptor. Reseptor secara spesifik berikatan dengan senyawa kimia tertentu (disebut ligan) dan memulai rangkaian reaksi biokimia di dalam sel. Dari rangkaian reaksi ini lah perubahan dapat timbul di dalam sel, baik yang bermanfaat maupun yang merugikan.
Retinoic acid adalah bentuk aktif retinoid
Pada tahun 1946 (sekitar 70 tahun yang lalu), retinoic acid diidentifikasi sebagai bentuk vitamin A yang aktif secara biologis. Retinoic acid merupakan ligan alami dari sekelompok reseptor bernama Retinoic Acid Receptors (RARs) yang terletak di dalam inti sel. Reseptor-reseptor ini bertanggung jawab untuk memulai berbagai proses biologis, utamanya untuk meregulasi ekspresi gen selama pertumbuhan, perkembangan, dan kematian sel. Retinoic acid meningkatkan produksi protein di epidermis, mempercepat proses keratinisasi/kornifikasi, mempercepat laju pembaruan sel (cell turnover rate), mengurangi diskolorasi dan hiperpigmentasi, menstimulasi sintesis kolagen, mereduksi TEWL (transepidermal water loss), dan memiliki aktivitas anti komedogenik.
Retinol harus terkonversi dahulu menjadi retinoic acid untuk bekerja secara biologis
Ketika kita menggunakan retinol pada kulit, sel-sel kulit harus mengonversi retinol menjadi retinoic acid terlebih dahulu agar dapat digunakan. Prediksi jalur biosintesis retinoic acid saat ini melibatkan dua tahap oksidasi sekuensial (terjadi berurutan). Pertama, retinol dioksidasi secara reversibel menjadi retinaldehyde, kemudian retinaldehyde dioksidasi secara irreversibel menjadi retinoic acid. Retinaldehyde ini terkadang disingkat penyebutannya menjadi retinal.
Terakhir, retinoic acid diinaktivasi dengan reaksi oksidasi lebih lanjut menjadi turunan retinoid yang inaktif. Masing-masing reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim-enzim yang belum dapat diidentifikasi sepenuhnya.
Retinoic acid yang dihasilkan kemudian akan ditransport oleh protein-protein khusus menuju inti sel. Di dalam inti sel, retinoic acid berikatan dengan RARs dan menghasilkan efek-efek biologis.
Retinaldehyde sering disebut juga sebagai retinal
Retinaldehyde atau retinal adalah produk oksidasi dari retinol dan merupakan senyawa intermediet transformasi retinol menjadi retinoic acid. Metabolisme retinal menjadi retinoic acid hanya terjadi pada tahapan diferensiasi keratinosit (sel kulit) tertentu, sehingga menghasilkan pelepasan retinoic acid yang terkontrol dan dengan efek samping lebih sedikit. Efek yang diberikan oleh retinal kurang lebih sama dengan retinoic acid, tapi dengan frekuensi iritasi lebih rendah.
Potensi retinal mirip dengan reinoic acid, dan lebih tinggi daripada retinol. Retinol sendiri potensinya 20 kali lipat lebih rendah dari retinoic acid. Hal ini disebabkan oleh lebih panjangnya reaksi yang perlu dilalui retinol untuk menjadi retinoic acid. Terlebih, tahap pertama biosintesis retinoic acid, yakni oksidasi retinol menjadi retinal, merupakan rate-limiting step. Laju oksidasi retinol menjadi retinal diperkirakan 30-60 kali lipat lebih lambat daripada oksidasi retinal menjadi retinoic acid.
Sayangnya, retinal merupakan bentuk retinoid yang lebih sulit distabilkan dalam formulasi dibanding retinol dan retinoic acid. Hal ini menjadi salah satu alasan produk mengandung retinal jarang kita jumpai saat ini, atau jika ada, harganya lebih mahal daripada varian produk retinol yang ada di pasaran. But please share to me kalau teman-teman punya referensi produk retinal yang oke!
Retinol, retinal, atau retinoic acid yang lebih baik?
Masing-masing bentuk retinoid memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Secara umum, orang yang belum pernah menggunakan retinoid sebaiknya memulai dari retinol dalam konsentrasi rendah. Jika hendak menggunakan bentuk retinoid yang lebih potent, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga medis ya! Nah, untuk kamu yang sudah menggunakan retinol, jangan lupa untuk memperhatikan hal-hal berikut!