December 6, 2024
Anonymous person pouring liquid product on table with pipette. Sumber: Jill Burrow from pexels.com

Anonymous person pouring liquid product on table with pipette. Sumber: Jill Burrow from pexels.com

Retinoid adalah sebutan untuk kelompok senyawa anggota, prekursor, atau turunan dari vitamin A (retinol) yang aktif secara biologis. Seperti yang telah kita ketahui, retinol memiliki efek luar biasa pada kulit sehingga dijuluki sebagai “dewanya skincare”. Anggota retinoid lain pun dapat memberikan efek yang kurang lebih sama dengan retinol. Pada artikel kali ini, kita akan berkenalan lebih dekat dengan anggota-anggota retinoid yang populer di masyarakat, yaitu retinol, tretinoin, isotretinoin, dan adapalene.

Klasifikasi Retinoid

Berdasarkan struktur kimianya, retinoid diklasifikasikan menjadi 4 generasi. Generasi I terdiri dari retinol (vitamin A) dan turunan-turunan alaminya. Generasi II adalah turunan sintetis retinol yang dapat berikatan dengan reseptor yang sama dengan retinoid generasi I, tapi dengan afinitas (kemampuan berikatan dengan reseptor) lebih rendah. Efek terapinya jadi lebih rendah, tapi efek sampingnya juga lebih rendah pula (lebih bisa ditoleransi kulit).

Generasi II ini memiliki satu cincin aromatik dalam struktur kimianya. Generasi III adalah turunan sintetis retinol dengan dua atau lebih cincin aromatik yang dikembangkan untuk mengikat reseptor secara selektif sehingga efek kerjanya dapat dioptimalkan dengan efek samping seminimal mungkin. Generasi IV dikembangkan untuk lebih meningkatkan selektivitasnya pada satu jenis reseptor saja.

Anggota representatif keempat generasi Retinoid. Sumber: doi: 10.2147/ciia.2006.1.4.327
Anggota representatif keempat generasi Retinoid. Sumber: doi: 10.2147/ciia.2006.1.4.327

Retinol

Retinol atau vitamin A adalah prekursor sintesis retinal dan tretinoin (retinoic acid). Retinol harus dikonversi dahulu oleh sel menjadi tretinoin untuk bisa memberikan efek pada kulit. Sel-sel kulit hanya akan mengabsorpsi dan mengonversi retinol yang diperlukannya. Dengan demikian, retinol memberikan efek samping yang jauh lebih kecil dibanding tretinoin.

Karena retinol sangat tidak stabil jika terpapar sinar matahari dan udara, dikembangkan turunan retinol untuk menghasilkan senyawa aktif yang lebih stabil dengan tetap mempertahankan efek farmakologisnya. Turunan retinol seperti retinyl acetate, retinyl propionate, dan retinyl palmitate kini digunakan secara meluas dalam industri kosmetik. Retinol tersedia di pasaran sebagai produk kosmetik dalam kadar 0,25-2%.

Tretinoin

Tretinoin atau retinoic acid adalah retinoid pertama yang digunakan untuk kulit pada tahun 1960-an. Tretinoin awalnya digunakan untuk mengobati acne. Tapi, kini digunakan juga sebagai anti-aging.

Tretinoin merupakan metabolit retinol yang aktif memberikan efek farmakologis dengan potensi 20 kali lebih besar daripada retinol. Kinerja yang tinggi diiringi dengan risiko iritasi yang tinggi juga, sehingga penggunaan tretinoin harus berada di bawah pengawasan dokter. Tretinoin tersedia di pasaran sebagai obat keras dalam kadar 0,005-0,1%.

Isotretinoin

Isotretinoin atau accutane adalah retinoid yang diadministrasikan secara oral. Isotretinoin adalah satu-satunya obat yang dapat memberi pengaruh pada seluruh faktor etiologi (asal penyebab penyakit) pada acne, dan biasanya digunakan untuk nodular acne yang tidak responsif terhadap terapi konvensional.

Isotretinoin bekerja secara sistemik dan memiliki banyak efek samping mulai dari kulit sangat kering hingga mengelupas, fotosensitivitas, menstruasi tidak teratur, peningkatan kolesterol, hingga masalah pada sistem pencernaan, kardiovaskular, saraf pusat, serta menyebabkan kecacatan pada janin jika digunakan saat hamil. Isotretinoin merupakan obat keras yang harus digunakan di bawah pengawasan dokter.

Adapalene

Adapalene merupakan retinoid generasi III yang kini tersebar luas di Indonesia sebagai obat keras. Tidak seperti retinol dan tretinoin, adapalene memiliki selektivitas dalam mengikat reseptor.

Penelitian menunjukkan efikasi adapalene pada konsentrasi 0,1% bahkan lebih baik daripada tretinoin 0,025% dalam mengobati jerawat. Efek samping adapalene juga lebih ringan. Meskipun belum banyak penelitian yang mendalami efek adapalene pada photoaging, adapalene menunjukkan potensi yang menjanjikan untuk memberikan efek anti-aging dalam pemakaian jangka panjang.

Pilih yang mana?

Konsultasi dengan dermatologis. Sumber: Gustavo Fring from pexels.com

Jika teman-teman hanya mencari efek anti-aging atau memiliki kasus acne ringan, sebaiknya teman-teman memilih retinol yang tersedia di pasaran sebagai produk kosmetik. Konsultasikan pada dokter spesialis kulit dan kelamin jika teman-teman ingin mencoba retinoid dengan potensi yang lebih tinggi. Jangan lupa untuk menggunakan produk skincare tambahan yang mendukung kinerja retinoid yang digunakan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *