
Wanita sedang memakai skincare vitamin C. Sumber: pexel.com.
Saatnya kita bahas lagi nih tentang vitamin C! Di artikel yang lain, gue sudah banyak membahas tentang the miracles of vitamin C. Saking powerful-nya senyawa tersebut, formulasi skincare vitamin C terus menerus diteliti agar bisa deliver manfaat ke kulit semaksimal mungkin.
Nah, dengan beragamnya produk perawatan kulit berbahan dasar vitamin C ataupun turunannya, kita pasti pernah bingung. Formulasi yang kayak apa sih yang terbaik untuk kulit wajah kita? Di artikel ini gue akan membahas beberapa formulasi vitamin C yang banyak di pasaran. Dan juga apa sih yang membedakan vitamin C di formula yang satu dengan yang lain, plus yang ter-dabest itu yang mana.
So, let’s get started!
Mengenal lebih jauh tentang vitamin C
Pertama-tama, kita mesti tahu senyawa vitamin C seperti apa yang bisa memberikan manfaat bagi kulit. Nama kimia dari vitamin C adalah asam askorbat, ascorbic acid. Ini merupakan senyawa originalnya vitamin C. Hanya dalam bentuk ascorbic acid inilah, vitamin C bisa diolah tubuh dan memberikan manfaat ke kulit.
Kedua, kita mesti pahami karakteristik kimia dari ascorbic acid itu sendiri. Ascorbic acid bersifat hydrophilic. Hydro artinya air, philic artinya suka, sehingga hydrophilic berarti suka air. Sifat tersebut membuat ascorbic acid mudah larut dalam air. Sayangnya, ascorbic acid mudah terdegradasi atau teroksidasi jika terlalu lama berada di lingkungan yang mengandung air. Maka dari itu, teman-teman mungkin pernah melihat suatu produk yang berisi larutan ascorbic acid yang awalnya berwarna putih atau kuning cerah, lama kelamaan berubah warna menjadi kecoklatan.

Tidak hanya karena terlalu lama di air, sebetulnya karena fungsinya sebagai antioksidan, vitamin C memang pasti akan terdegradasi atau teroksidasi. Sebagai antioksidan, vitamin C bertugas menangkap oksidan, yaitu senyawa yang mengoksidasi senyawa lain. Begitu menangkap suatu oksidan, artinya vitamin C sudah teroksidasi. Dan secara kasat mata, warnanya akan berubah menjadi kecoklatan.
Tentunya kita ingin vitamin C teroksidasi ketika melakukan tugasnya, yaitu saat menangkap oksidan berupa radikal bebas yang dapat merusak kulit. Bukan teroksidasi karena berada dalam air. Kalau sudah teroksidasi terlebih dahulu dalam air, fungsi antioksidannya untuk kulit sudah hilang.
Berdasarkan pengetahuan tersebut, baiknya keberadaan air dalam produk yang mengandung ascorbic acid itu diminimalkan, bahkan kalau bisa ditiadakan. Jadi, jika teman-teman ingin menggunakan ascorbic acid dalam bentuk krim, lotion, atau topical product lainnya, jangan lupa cek ingredients-nya, ya! Akan lebih baik jika produk tersebut bebas air.

Permasalahan vitamin C tidak sampai disitu saja. Ascorbic acid harus menembus barrier kulit, yaitu stratum corneum, untuk bisa mencapai epidermis dan dermis. Setelah melewati stratum corneum, barulah ascorbic acid bisa diolah tubuh dan bermanfaat bagi kulit.
Tentunya tidak mudah untuk menembus skin barrier. Stratum corneum sudah didesain sedemikian rupa agar tough dan tidak mudah ditembus. Namanya juga kan lapisan terluar kulit, pelindung dari external environment.
Mengapa ada banyak modifikasi senyawa vitamin C?
Berangkat dari berbagai concern terkait ascorbic acid, para scientist, pharmacist, chemist, formulator skincare berpikir nih, bagaimana kalau kita modifikasi saja senyawa ascorbic acid supaya bisa lebih bagus penetrasi-nya ke kulit? Lebih advanced lagi, bagaimana kalau senyawa hasil modifikasinya JUGA lebih stabil di air ketimbang ascorbic acid?
Dimulai dari wild thoughts tersebut, muncullah beberapa senyawa modifikasi vitamin C yang sifatnya lebih lipofilik, suka lipid (lipo) atau suka lemak. Dengan demikian, senyawa hasil modifikasi tersebut lebih mudah menembus barrier kulit, yang notabene terdiri lipid. Senyawa-senyawa tersebut juga lebih stabil walaupun berada dalam formula yang mengandung air.
Beberapa senyawa modifikasi atau turunan ascorbic acid tersebut adalah:
- Ascorbyl palmitate dan sodium ascorbyl phosphate, contoh produknya The 1nkey List Vitamin B, C, E Moisturizer
- Magnesium ascorbyl phosphate, contoh produknya Paula’s Choice Resist Super Antioxidant Serum
- Ascorbyl glucoside, contoh produknya The Ordinary Ascorbyl Glucoside Solution 12%
Dan masih banyak lagi senyawa modifikasi lainnya, karena penelitian terkait senyawa hasil modifikasi ascorbic acid terus berkembang. Tapi, apakah modifikasi-modifikasi tersebut dapat berefek ke kulit, layaknya ascorbic acid? (Human never stop wondering!)
Perbandingan antara ascorbic acid dan beberapa senyawa modifikasinya
Gue akan menyajikan tabel yang berisi perbandingan antara ascorbic acid, versus beberapa senyawa modifikasi-nya. Perbandingan ini bukan berasal dari direct comparison dalam satu penelitian. Dari hasil browsing, gue ga menemukan penelitian yang secara langsung membandingkan ascorbic acid dengan berbagai senyawa modifikasinya. Jadi, yang gue tampilkan di tabel adalah berdasarkan data dari sebuah journal review, dimana jurnal tersebut meng-compile data-data dari beberapa jurnal.
Gue akan pilih beberapa senyawa modifikasi saja, berdasarkan yang pernah gue lihat contoh produknya. Di tabel berikut, gue fokuskan ke senyawa ascorbic acid (AA), sodium ascorbyl phosphate (SAP), magnesium ascorbyl phosphate (MAP), ascorbyl palmitate (AA-PAL), dan ascorbyl glucoside (AA-2G).

Perbandingan berdasarkan stabilitas senyawa di dalam aqueous solution
Dari sisi stabilitas, seperti yang sudah gue bahas sebelumnya, senyawa hasil modifikasi AA lebih stabil di dalam air ketimbang AA itu sendiri. Senyawa SAP, MAP, dan AA-2G, ketiganya relatif tidak mudah teroksidasi. Tapi hal ini tidak berlaku untuk AA-PAL, yang kestabilannya dalam formulasi yang mengandung air itu mirip dengan AA.
Perbandingan berdasarkan absorpsi ke dalam kulit
Tiap senyawa berhasil menujukkan bahwa ada porsi senyawa tersebut yang bisa diserap oleh kulit. Walaupun memang metode penelitiannya berbeda-beda. Ada yang:
- Ex vivo artinya mengambil cuplikan jaringan dari makhluk hidup, lalu dipindahkan ke laboratorium dan dikondisikan sesuai parameter eksperimen.
- In vivo, artinya suatu organisme / makhluk hidup dikondisikan sesuai parameter eksperimen.
- In vitro, artinya eksperimen dilakukan di laboratorium, menggunakan organisme / cuplikan organisme yang berasal dari rekayasa genetik atau hasil produksi lab, misal menggunakan bakteri strain tertentu atau cell culture.
Perbandingan berdasarkan efek terapeutiknya
AA sudah pasti memberikan tiga manfaat utama vitamin C (photoprotection, neocollagenesis, menghambat melanogenesis). Hal ini karena senyawa AA-lah yang bisa digunakan oleh tubuh.
Selain AA, senyawa lain yang ada datanya terkait manfaat photoprotection adalah SAP, AA-PAL, dan AA-2G. Untuk SAP, efek photoprotection-nya lebih rendah daripada AA. Sementara AA-2G, photoprotection-nya lebih rendah daripada SAP. Jika diurutkan, manfaat photoprotection AA > SAP > AA-2G. Terkait senyawa MAP, berdasarkan journal review di atas, belum ada data penelitian mengenai efek photoprotection-nya.
Beralih ke manfaat vitamin C yang kedua, yaitu membantu terjadinya pembentukan kolagen baru (neocollagenesis). Senyawa AA, SAP, MAP, AA-PAL, dan AA-2G, semuanya mampu menunjukkan kemampuan neocollagenesis. Bahkan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa MAP itu setara dengan AA dalam hal promoting neocollagenesis.
Yang terakhir, manfaat vitamin C untuk menghambat pembentukan melanin (inhibition of melanogenesis). Ternyata, penelitian terhadap senyawa AA, SAP, MAP, AA-2G menunjukkan bahwa mereka dapat memberikan efek tersebut. So, buat teman-teman yang mengidam-idamkan kulit cerah, jangan lupa dicatat nih!
My final thought about vitamin C skincare
Setelah melihat tabel tadi, terus kesimpulannya apa? Formulasi vitamin C yang bagaimana yang paling bagus untuk kulit?
Kalau bicara tentang yang paling berefek buat kulit, tentu yang mengandung zat aktif berupa ascorbic acid-lah yang sudah pasti memberikan hasil terbaik. Karena kan memang ascorbic acid yang bisa diolah lebih lanjut oleh tubuh. Senyawa hasil modifikasi ascorbic acid, semuanya tetap harus convert ke ascorbic acid dahulu supaya bisa berefek bagi kulit.
Namun, pastikan juga bahwa formulasi produknya mendukung kestabilan ascorbic acid tersebut! Pilih produk yang formulasinya bebas air, misalkan anhydrous cream, water-free suspension, water-free serum. Formulasi yang bebas air ini juga membantu ascorbic acid bersifat lebih lipofilik (atau dengan kata lain, less hydrophilic) sehingga relatif mudah menembus stratum corneum.
Apakah senyawa modifikasi / turunan ascorbic acid jadi ga ada manfaatnya? Tentu tidak ya teman-teman! Seperti yang gue bahas tadi, efek ke kulit tetap ada. Berdasarkan jurnal di atas, efeknya bisa saja setara, tapi tidak melebihi ascorbic acid. Jadi artinya, teman-teman mungkin harus lebih rajin atau lebih banyak pakai skincare yang mengandung senyawa modifikasi ascorbic acid tersebut. Yang menurut gue, tidak ada salahnya kan? Selama produknya cocok untuk kulit kita, lebih baik kita rutin terus pakainya.
That‘s all untuk artikel kali ini dan semoga bermanfaat untuk teman-teman. Oh iya, boleh dong share di comment, kamu pakai senyawa vitamin C yang mana nih di skincare-mu? Let me know!